Friday, September 26, 2014

TERLAMBAT - Part 1

Halo, apa kabar?

Setelah sekian lama nggak ngeblog, akhirnya gue punya kesempatan lagi, nih buat ngeblog. Maklum, sok sibuk. Jadi, gue mau ngepost cerpen yang sebenernya udah lama gue buat, dan udah hampir selesai juga. Daripada nggak ada yang baca, mendingan di-share di blog, kali-kali ada bangsa vampir atau nggak bangsa serigala yang baca. Ya nggak?

Judul cerpennya ini "Terlambat", kali ini berbau cinta-cintaan, walaupun gue sendiri nggak tau apa-apa soal cinta, tapi ya udah sih, namanya juga berkarya. Haha. Kalau suka ya bagus, kalau nggak suka ya harus suka. Part 1 dulu ya, cekidot!


TERLAMBAT

Namanya Cinta Ramadhani, sosok wanita berkulit kuning langsat, berambut panjang, dan berparas cantik itu menjadi idaman semua lelaki di sekolah. Tak terkecuali untukku.

Sedangkan namaku, Adam. Sosok lelaki berambut tipis dan berkulit cokelat. Lelaki yang tak pernah mampu menyatakan Cinta pada sosok wanita yang sudah disukainya sejak lama. Ya, bisa dibilang, aku seorang pengecut.

Aku sudah lama menyukainya, sudah sangat lama.

Kami sempat satu sekolah saat SMP. Namun, di awal semester kelas tiga, Cinta harus pindah sekolah dikarenakan Ayahnya yang dipekerjakan di luar kota. Aku paham betul sifat Cinta. Secara, sejak kelas satu SMP hingga kelas dua, Cinta sangat akrab denganku.

Kami berdua hampir selalu bersama. Terkadang menghabiskan waktu istirahat hanya untuk mengobrol santai di halaman sekolah, dan terkadang juga, menggunakan waktu istirahat untuk makan bersama di kantin.

Menurut pengamatanku sendiri, Cinta adalah sosok wanita yang baik. Bahkan sangat baik. Dia sangat friendly. Akan tetapi, dia juga bisa memilih mana teman yang baik untuknya, dan mana teman yang tidak baik untuknya.

Aku tidak tahu apakah Cinta merasakan hal yang sama terhadapku, rasa cinta. Atau mungkin... sekedar suka, atau kekaguman-ku saja? Entahlah... Yang jelas, aku sangat bahagia jika berada didekatnya.

Jantungku seakan-akan berhenti berdetak saat sedang bersamanya. Aku menjadi gugup secara tiba-tiba, dan mataku tidak pernah berani menatap matanya.

Setelah satu tahun tidak bertemu, akhirnya semesta mempertemukan kita kembali di SMA.

Pertemuanku dengannya cukup sederhana. Aku sedang duduk sendiri di kantin sekolah sambil meminum segelas teh hangat. Keadaan kantin saat itu cukup ramai, sehingga aku sama sekali tidak menghiraukan keadaan sekitar.

Tak lama kemudian, ada satu orang wanita tampak kebingungan. Saat itu, aku melihatnya dari belakang.

Aku pun penasaran. Tapi, akibat ramai-nya kantin, pandanganku tak terfokus pada wanita tersebut, banyak sekali siswa/siswi yang menghalangi pandanganku. Aku kembali meminum teh yang terlanjur dingin.

Kali ini, sesosok wanita datang ke tempat aku berada. ‘Seperti wanita yang tadi,’ pikirku. Ia bertanya, ‘Di sini kursinya kosong ya? Boleh duduk di sini?’ Aku mengangguk.

Tak lama setelah wanita itu duduk, aku merasa tidak asing dengan wajahnya. Aku mencoba mengingat-ingat wajah wanita yang aku kenali. Satu persatu wajah aku coba gambarkan dalam pikiranku. Sampai akhirnya, aku mendapatkan satu wajah dan satu nama: Cinta.

‘Ah, Cinta! Kamu apa kabar?’ Tanyaku.

‘Baik, iya benar, aku Cinta. Kamu? Kamu Adam? Temen SMP dulu, ya? Hahaha’

‘Kabar aku baik Dam, kamu sendiri gimana?’

Di situ kami meluapkan segala rasa rindu kami. Kami menanyakan kabar satu sama lain, menceritakan pengalaman yang kami dapat setelah tidak bertemu selama satu tahun lebih.

Obrolan kami diakhiri dengan pertukaran nomor handphone. Sekedar untuk menghubungi dan menanyakan kabar saja, mungkin.

Aku amat sangat bahagia bisa bertemu lagi dengannya, namun... aku merasa seperti ada yang kurang pas. Seperti ada sesuatu yang mengganjal.

Aku merasakan ada sesuatu yang beda pada Cinta. Ia tidak seperti Cinta yang kukenal dulu, yang ceria, bawel, dan selalu tersenyum. Sekarang, sosok itu seakan-akan sudah menghilang dari diri Cinta. Cinta sudah berubah menjadi sosok yang pendiam dan kurang bergaul. Jika dulu ia selalu menceritakan masalahnya padaku, sekarang, ia menjadi lebih tertutup. Jika dulu ia senang mencari teman, sekarang ia lebih senang menyendiri.

Perubahan sifat Cinta itu tentu saja membuatku penasaran. Membuat aku ingin mengetahui, apa yang sebenarnya terjadi pada Cinta.

Pernah suatu waktu aku sedang duduk dengannya di kantin sekolah. Cinta tampak lesu, wajahnya pucat, dan aku rasa, moodnya sedang kacau pada waktu itu. Waktu itu, aku melemparkan pertanyaan yang (mungkin) akan membuat moodnya tambah kacau.

‘Cinta, kamu kenapa sih? Kok wajahmu pucat, dan kamu sudah dari tadi pagi tidak bicara. Ada apa sih sebenarnya?’ Tanyaku, dengan wajah penuh tanda tanya.

Cinta diam saja.

Akhirnya aku mengulang pertanyaanku kepada Cinta. Tanpa bicara sedikitpun, Cinta pergi meninggalkanku.

Sikap Cinta waktu itu membuatku sangat penasaran. Tidak biasanya ia bersikap seperti itu terhadapku. Dari situ, aku mulai mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Cinta.

Berbagai cara sudah aku coba untuk mencari tahu ada apa dengan Cinta, akan tetapi, aku selalu tidak mendapat apa-apa. Cinta sangat pandai menyembunyikan sesuatu.

Pernah suatu waktu aku melihatnya sedang meminum obat yang tidak aku tahu untuk apa. Sejak saat itu, aku menjadi khawatir terhadap Cinta.

Bisa dibilang, sikapku terhadap Cinta agak berlebihan. Kemanapun Cinta ingin pergi, aku kerap kali menawarkan untuk mengantarnya, dan Cinta selalu menolak tawaranku.

Hari ini adalah hari rabu. Di hari ini, jam pelajaran pertama adalah Olahraga. Pelajaran yang paling Cinta sukai. Biasanya, setiap hari rabu, Cinta selalu datang lebih awal dari biasanya.

Tak jarang Cinta mengajaku untuk berlomba. Berlomba untuk datang lebih awal di hari Rabu. Aku selalu kalah dalam perlombaan itu, padahal, biasanya aku selalu datang lebih awal dari Cinta di hari yang lain.

Pagi itu, aku berangkat ke sekolah dengan perasaan pasrah. Aku yakin betul, kalau hari itu, aku akan kalah dari Cinta. ‘Cinta pasti sudah datang duluan nih’ pikirku.

Singkat cerita, aku sudah sampai di depan pintu gerbang sekolah. Aku bergegas menuju ke kelas. Sesampainya di kelas, aku heran, Cinta belum datang pada pagi itu. Padahal biasanya, saat hari rabu, Cinta tidak pernah datang setelah aku datang.

Tapi aku mencoba berpikir positif. Kali saja, di jalan sedang macet. Atau mungkin, Cinta kesiangan...........

Lanjut di part berikutnya, ya! :D

2 comments:

  1. waah sosok cinta ini bikin penasaran juga ya,,bisa jadi cinta sakit mas,,,hhe makanya dia agak pucat,dan lebih banyak diam :)

    ReplyDelete